Bekerjalah karena INGIN, Bukan karena HARUS!

Bekerjalah karena INGIN, Bukan karena HARUS!

Jika seseorang telah memutuskan menjadi seorang tukang sapu jalan, hendaknya ia menyapu jalan sebagaimana Beethoven mencipta musik atau Shakespeare menulis puisi. (Martin Luther King)


Kasus 1

Ketika ditanya mengapa Finlandia memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia, seorang kepala sekolah konon menjawab, “Guru, guru, guru.” Membaca kondisi pendidikan di Indonesia, mudah melihat mengapa jawaban serupa dapat menjelaskan penyebab buruknya mutu pendidikan di Indonesia.

Semua guru sudah memahami dengan jelas bahwa tanggung jawab profesional mereka adalah mengajar. Namun, bukan itu yang kita jumpai di sekolah-sekolah seantero negeri. Dari hasil pengamatan, guru-guru—meskipun tidak semua—menunjukkan sikap yang seadanya terhadap tugas mengajar. Misal, meskipun bel tanda masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu, masih banyak guru yang sengaja berlama-lama bercakap-cakap dengan sesama mereka. Malah ada sebagian guru yang berpura-pura hilir mudik atau kasak-kusuk mencari-cari sesuatu yang sebenarnya memang tidak ada. Sampai akhirnya, mereka selalu terlambat tiba di kelas. Namun, mereka akan buru-buru melarikan diri dari kelas tatkala jam pelajaran hampir habis. Malahan, ketika mengajar dalam kelas, ada guru yang hanya menyuruh murid-murid untuk meringkas isi halaman dari sebuah buku, sementara dia sendiri duduk dengan enaknya di depan sambil kuap-kuap bak Ninox sentulata malaccensis yang teranja-anja hendak memeluk bulan.

Kasus 2

Nilai IPK Indonesia pada tahun 2006 adalah 2,4 kemudian mengalami penurunan menjadi 2,3 pada 2007. Wah, kok bisa anjlok, ya? Pasti malas belajar! Eit, tunggu dulu! Karena IPK yang dimaksud di sini bukanlah Indeks Prestasi Kumulatif—dengan skala 0-4—melainkan Indeks Persepsi Korupsi—skalanya 0-10—IPK Indonesia justru mengalami peningkatan. Nol mengindikasikan bahwa persepsi terhadap korupsi tinggi, sedangkan sepuluh menandakan tingkat korupsi yang rendah. Bayangkan, jika diwisuda, Indonesia (dengan IPK 2,3) mungkin akan memperoleh predikat magna cum laude—negara yang mendapat “kehormatan besar” dalam tindakan korupsi. Mengapa korupsi begitu merajalela? Bukankah sebelum menduduki kursi kekuasaan para pejabat telah mengikrarkan sumpah yang begitu indah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang gagah?

Ada yang mengatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat 38 dunia dalam hal korupsi. Coba kita bandingkan ranking Indonesia dalam hal kualitas pendidikan, keadaannya tentu akan jomplang. Kendati demikian, saya—yang dengan tiba-tiba teringat serial jadul yang berjudul ACI (Aku Cinta Indonesia), tetap cinta pada Indonesia apa adanya. Napoleon Bonaparte pernah bilang, “Right or wrong is my country!” Masa' saya mesti mencintai negara yang terkenal dengan sebutan Zamrud Khatulistiwa setelah ia sampai pada puncak kejayaan? Enggak, kan? Sebab, setelah mencapai kulminasi, segala sesuatu malah akan menggelinding kembali ke bawah! So, saya lebih memilih mencintai Indonesia saat ia tertatih-tatih berusaha merangkak ke atas. Weleh, jadi melantur ke mana-mana. STOP!! Mari kita kembali ke jalan yang benar!

By the way, sampai di mana obrolan kita tadi? Ga ada yang ingat? Ya sudahlah. Lagi pula ini cuma contoh kasus. Jadi tidak perlu dipanjang-panjangkan jika memang sudah mentok.

Well, dari dua contoh kasus di atas, kira-kira apa yang melatarbelakanginya? Tentu dua keadaan tersebut sangat bertolak belakang dengan insinuasi Martin Luther King, “Jika seseorang telah memutuskan menjadi seorang tukang sapu jalan, hendaknya ia menyapu jalan sebagaimana Beethoven mencipta musik atau Shakespeare menulis puisi.” Padahal, menurut hemat saya—saya tidak berharap Anda semua akan setuju dengan konklusi saya—syarat agar nama Indonesia dapat menjulang di pentas internasional, dalam hal-hal positif tentu saja, adalah semua orang menekuni setiap pekerjaan yang digeluti dengan sepenuh jiwa raga.

Tetapi, kondisi ideal itu masih jauh panggang dari api. Pertanyaannya: mengapa?

Kita telusuri dari dua perkara di atas saja, yang jika kita tarik garis benang merah, sebab utamanya akan mengena ke semua bidang-bidang yang lainnya juga.

Jawabannya adalah karena uang! Bukan! Kekurangan uang tepatnya—jika Anda semua paham maksud saya. Kekurangan uang membuat orang setengah-setengah menjalankan kewajibannya, bahkan terkadang membuat manusia culas dan gelap mata. Tidak perlu diperjelas, saya yakin Anda mafhum apa maksud saya.

Jadi, apa inti dari tulisan kali ini?

Ini: apa pun profesi Anda, sebaiknya Anda bebas dulu secara materi. Sehingga, Anda bekerja bukan karena HARUS, tetapi karena INGIN! Mungkin Anda bertanya-tanya, “Lalu, bagaimana caranya agar dapat bebas secara materi lha wong gaji saja sudah dibatasi, yang terkadang pada pertengahan bulan harus dibela-belain ngutang sana sini agar sampai akhir bulan keluarga masih bisa mengunyah nasi?”

Ikuti terus saja tulisan demi tulisan AMT! Don't miss it!

Salam Sukses Hidup Sukses!

4 komentar:

Unknown mengatakan...

"Saya INGIN mengerjakan apa yang saya INGIN kerjakan, karena menurut saya, saya akan kaya dengan mengerjakan apa yang saya INGIN kerjakan."

Bukan uang yang membuat saya merasa kaya, tetapi kepuasan, kebanggaan, dan terpenuhinya rasa INGIN tersebut.

Banyak orang yang INGIN melakukan apa yang mereka INGIN lakukan, tetapi terbentur dengan kekosongan pilihan. sehingga mereka HARUS melakukan apa yang tidak mereka INGINkan..

Lalu bagaimana kita bisa mengisi kekosongan pilihan itu? atau minimal, kita dapan mengerjakan apa yang HARUS kita kerjakan menjadi sebuah hal yang INGIN kita lakukan...

SUKSES HIDUP SUKSES mengatakan...

memang uang bukan segalanya, dan uang bukan satu2nya alasan kita merasa bahagia. bukan uang pula yang memicu terjadinya ketidaknyamanan dan tindak kriminal..

tapi bayangkan kalau kekurangan uang? bahkan agama bisa tergadaikan demi mendapatkan sebungkus mi instan..

Unknown mengatakan...

kesampingkan dulu untuk masalah uang, karena itu akan mengikuti setelah kita bisa melakukan apa yang kita INGIN lakukan..

jadi..
dengan keterbatasan yang sudah dijelaskan, bagaimana keHARUSAN itu bisa menjadi suatu keINGINan, untuk memulai sesuatu yang INGIN kita lakukan?

SUKSES HIDUP SUKSES mengatakan...

kita bekerja tidak bisa begitu saja mengenyampingkan masalah uang. sudikah kita bekerja digaji dengan pahala? kalau Anda mau, AMT sangat ingin merekrut Anda sebagai karyawan. bekerjalah sesuai yang INGIN Anda lakukan, dan biarkan kami menggaji Anda dengan doa dan pahala saja. gimana? hehehe pisss ;)

Posting Komentar